Kurs Rupiah Tembus Rp11.049 per Dolar AS
Bisnis.com, JAKARTA— Nilai tukar rupiah kian terpuruk terhadap dolar AS
dan tembus ke Rp11.000 menjelang siang ini, Rabu (21/8/2013).
Berdasarkan data kurs valas Bloomberg, pada pukul 09.29 WIB, rupiah
anjlok ke Rp11.015 per dolar AS. Bahkan pada pukul 10.13 WIB, rupiah
anjlok ke 11.027 per dolar AS.
Pada pukul 10.22 WIB, rupiah bertengger di level Rp11.000 per dolar AS
dan pada pukul 10.27 WIB rupiah melemah ke 11.049 per dolar AS.
Pelemahan rupiah terjadi saat dolar AS ditransaksikan beragam cenderung menguat terhadap nilai mata uang Asia-Pasifik.
SUMBER
Spoilerfor Faktor-Faktor :
Kontan, JAKARTA. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (IDR/USD) pada perdagangan Selasa (20/8) kemarin dibuka di level 10.500-10.510 dan ditutup semakin melemah hingga ke level 10.690/10.700.
Rahadyo Anggoro Widagdo, pengamat valas mengungkapkan, pelemahan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik kondisi global maupun kondisi perekonomian Indonesia. Dari internal, penyebabnya adalah, tingginya kebutuhan USD dari kebutuhan korporasi untuk memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo dalam mata uang asing.
Selain itu, defisit neraca perdagangan menunjukkan, ekonomi Indonesia bermasalah, yang terlihat dari kinerja ekspornya. Rahadyo mengungkapkan, menurunnya ekspor Indonesia bisa dipengaruhi pertumbuhan industri yang bisa berujung pada sektor tenaga kerja.
"Menurunnya ekspor membuat pasokan USD terbatas. Sedangkan permintaan dari importir terus meningkat, yang membuat rupiah kembali melemah di pasar perdagangan hingga ke level Rp 10.850 per dolar AS," kata Rahadyo, Rabu (21/8).
Penyebab terpuruknya nilai tukar Rupiah, menurut Rahadyo, lantaran langkah-langkah dan pernyataan para pengambil kebijakan terkait asumsi makro-ekonomi 2014 yang cenderung tidak sesuai kondisi riil.
Kondisi ini juga yang menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah. "Investor ragu dengan pernyataan Menteri Keuangan Chatib Basri, yang mengatakan nilai rupiah masih aman karena tidak separah pelemahan mata uang negara berkembang lainnya, seperti rupee India (INR) atau dolar Australia (AUD). Pernyataan Chatib tersebut membuat pasar bergejolak karena investor menganggap pemerintah tidak melakukan langkah strategis dalam menahan pelemahan rupiah," ujar Rahadyo.
Penyebab lainnya juga terkait gejolak politik menjelang Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden, yang akan memicu tingginya nilai tukar mata uang, menyusul konsentrasi pemerintah untuk mengendalikan moneter yang terpecah, khususnya kementerian yang menterinya memiliki kepentingan di tahun 2014.
Risiko ketidakpastian global yang tinggi jadi penyebab lainnya. Ketidakpastian global menyebabkan aset-aset berisiko, termasuk mata uang Asia, turut melemah. Rahadyo memperkirakan, kondisi ini masih akan berlangsung hingga akhir semester tahun ini.
"Faktor global yang melemahkan rupiah adalah rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve) yang akan mengurangi stimulus moneter yang bisa membuat keluarnya dana asing di negara berkembang. Akibatnya, nilai tukar rupiah terus melemah karena defisit neraca berjalan membengkak dan nilai tukar rupiah dan IHSG terkoreksi," jelas Rahadyo.
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar